Foto: Tampilan 12 logo terpilih dari 62 logo peserta Lomba Logo HUT ke-14 Kota Serang yang diselenggarakan Fekraf Banten.

KURUNGBUKA.com, SERANG – Meski sudah diingatkan oleh kalangan pelaku industri kreatif, Pemkot Serang, dalam hal ini Diskominfo Kota Serang, bersikukuh meluncurkan logo HUT ke-14 Kota Serang. Padahal logo pemenang lomba yang diselenggarakan Diskominfo tersebut diduga kuat merupakan produk plagiarisme. Dugaan logo merupakan hasil plagiarisme, di antaranya diungkap oleh Forum Ekonomi Kreatif (Fekraf) Banten.

Alih-alih meradang manakala kritikan terbuka lewat medsos itu tidak ditanggapi dengan baik oleh Diskominfo, Fekraf Banten kemudian memilih menggelar Lomba Logo HUT ke-14 Kota Serang “tandingan”. Lomba yang digelar hanya dalam rentang waktu 4 hari tersebut (5-8 Agustus) didasarkan sejumlah alasan. Yang utama, seperti dituturkan pendiri Fekraf Banten, Andi Suhud Trisnahadi, adalah sebagai bentuk kecintaan kepada Kota Serang.

Menurut Andi, logo HUT Kota Serang dari tahun ke tahun selalu menuai kritikan. Selain dari sisi estetika yang kurang mencerminkan keberadaan Kota Serang sebagai Ibukota Provinsi Banten, logo-logo tersebut secara desain grafis masih belum memadai. Begitu pula dalam hal transparansi lomba yang menurut Andi kurang diungkap secara luas kepada publik. “Apalagi pemenang lomba logo tahun ini ditengarai hasil plagiarisme,” ujar Andi.

Transparansi lomba inilah yang menjadi alasan kedua Fekraf Banten menggelar lomba tandingan. Dengan diungkap secara luas ke publik, Andi meyakini akan lebih banyak peserta lomba yang terjaring. Buktinya, lomba tandingan yang publikasi sekaligus pelaksanaannya hanya berlangsung 4 hari sanggup menerima 62 logo karya 62 peserta.

Selain itu, nominal 2 juta rupiah untuk hadiah pemenang lomba yang disediakan Pemkot Serang, menurut Andi, juga kurang mengapresiasi pelaku industri kreatif. Fekraf Banten sendiri secara swadaya menyediakan hadiah uang tunai senilai 3 juta rupiah untuk pemenang lomba logo tandingan ini.

“Logo yang menjadi juara akan kami sumbangkan ke Pemkot Serang. Dipakai atau tidak, itu urusan pemkot,” tegas Andi.

Jurnalis senior sekaligus juri lomba logo Fekraf, Maulana Wahid Fauzi menambahkan, bahwa ia menangkap lomba logo tandingan ini merupakan puncak kekesalan teman-teman pelaku industri kreatif di Kota Serang. Selama ini bukan hanya urusan logo yang sering teman-teman kecam, tetapi juga beragam produk Pemkot Serang lainnya yang di dalamnya memuat unsur desain grafis.

“Pemkot Serang menurut saya ibarat katak dalam tempurung. Dalam hal dunia desain grafis, Pemkot Serang sangat konservatif, kuno, kolot, bahkan terkesan bebal. Jangankan bicara soal kemasan yang modern, elegan dan penuh estetika, sering kali produk materi publikasinya pun miskin literasi,” serunya.

Makanya, tambah Fauzi, jangan heran jika kerap diteriaki habis-habisan oleh warganet, seperti halnya logo HUT Kota Serang dari tahun ke tahun.

Padahal di Kota Serang ini banyak pelaku industri kreatif yang nama dan karyanya sudah menasional. Andi Suhud sendiri misalnya, dipercaya memproduksi desain perangko mantan Presiden RI BJ Habibie. Begitu pula dengan fotografi, sinematografi, literasi dan sektor industri kreatif lainnya, banyak yang sudah profesional menasional. “Tapi mereka ini entah kenapa seringkali tak dilibatkan dalam program-program kreatif oleh Pemkot Serang,” ungkapnya.

Fauzi menegaskan, kritik ini bentuk kecintaan pada Ibu kota Banten bukan atas dasar benci. Ia juga mengatakan mewakili pelaku industri kreatif, siapa pun itu akan siap bila diajak urun rembuk menyangkut kreativitas di Kota Serang. (siuzi)