“Manusia hanya perlu berencana, takdir sudah diatur Sang Mahakuasa,  Dan kali ini aku berterima kasih atas takdir yang diatur oleh-Mu, Tuhan.”

Saat itu aku sedang berbaring sambil main ponsel di Panggung dalam Rumah Dunia (RD), informasi syuting film Balada Si Roy (BSR) kudapat dari pesan WhatsApp dari salah satu relawan RD, Sejo Qulhu. “Besok pagi seluruh kru film BSR dateng ke Alun-alun Kota Serang, siap-siap jualan kaos dan buku BSR ya, guys,” kata Sejo dalam pesan WA-nya.

Informasi dadakan ini, disambut antusias para relawan. Aku seolah tak sabar ingin melihat secara langsung bagaimana proses syuting film yang digarap secara profesional. Namun malam itu, aku menyempatkan diri untuk melanjutkan bacaanku sebelum tidur. Buku yang kubaca ialah buku berjudul Rahasia Penulis karya Gol A Gong, pendiri Rumah Dunia sekaligus penulis novel BSR.

Baru saja aku buka dan melanjutkan bacaan di halaman 12 Bagian #2 (Tangan Palsu Dan Makna Gol A Gong), ada pesan masuk di Grup Relawan Inti, pesan itu dari Daru Pamungkas (Relawan Rumah Dunia), mengabarkan dan menguatkan informasi di atas, bahwa benar, kru Balada Si Roy besok pagi ke Kota Serang untuk Syuting terakhir. Informasi penguat itu diperoleh dari Bang Awang (Bagian Telent Balada Si Roy di Kota Serang), jelas Daru. Dalam pesan itu diinformasikan juga untuk stay pukul 06.00 WIB, agar bisa masuk dan membuka stand untuk penjualan buku serta Sovenir Balada Si Roy.

Tak lama kemudian, Sejo Qulhu memberikan instruksi untuk mepersiapkan barang jualan, tanpa berpikir panjang aku dan beberapa relawan lain menuju ruang kerja Mas Gong, untuk mengambil buku dan juga kaos Balada Si Roy. Beberapa relawan lagi menyiapkan meja dan barang-barang lainnya, yang dibutuhkan untuk jualan. Setelah semua selesai, dilanjut diskusi-diskusi kecil untuk target jualan, fokus kita hanya jualan pada saat itu.

Namun, saat tiba di Alun-alun Timur Kota Serang pukul 07.00 WIB, suasana tampak sepi, jalan yang biasanya dipenuhi pedagang asongan, pagi itu tampak kosong melongpong. Hanya terlihat serpihan daun-daun berserakan. “Soalnya kami sudah mensterilkan lokasi ini, para pedagang dilarang berjualan,” kata Awang yang baru saja bertemu dengan pihak keamanan dari Kopasus.

 Usai sarapan juga ngopi, Bang Awang datang menghampiri bahwa informasi yang diberikan semalam bukan hanya untuk hadir juga jualan, namun ikut serta menjadi bagian Syuting Balada Si Roy, sebagai ekstras atau figuran. Kami tercengang, Apaa…. Ya Allah, inikah yang dinamakan tertimpa durian runtuh, jualan buku, kaos, dan souvenir Balada Si Roy, plus ikut serta dalam syuting. Paket lengkap rasanya, Tak terpikirkan sedikit pun sebelumnya.

Sebelum berangkat ke tempat para artis persiapan sebelum syuting di Kafe Waltevreden, aku dan beberapa relawan menyiapkan barang jualan, bagaimanapun, tujuan awal memang jualan, jadi ya harus d jalankan! Setelah semua selesai, kami berangkat menuju kafe, dan barang-barang jualan dijaga oleh Bang Abdul Salam (Presiden Rumah Dunia), alasannya karena cuma Presiden yang tidak ikut serta dalam syuting, bagi tugas katanya, agar semua peluang bisa diambil dan mendapatkan cuan yang besar, jelasnya, haha….

Setelah sampai di tempat drop, seluruh calon pemain dirapid test, agar aman dan tertib terhadap prokes. Setelah menunggu beberapa lama hasil rapid test keluar dan alhamdulillah seluruh relawan aman dan fix ikut serta dalam syuting sebagai ekstras.

Pada akhirnya, setelah dinyatakan fix ikut serta dalam syuting, baju yang disiapkan tidak ada yang cocok sama sekali, dan akhirnya beberapa calon ekstras ditugaskan untuk mencari sesuai yang dibutuhkan. Baju yang harus dicari ialah kemeja model tahun 1980-an. Oke baiklah, Tarik napas dan berpikir, di mana aku harus mencarinya. Setelah beberapa menit berpikir akhirnya ketemu juga.

Di scene sebelumnya, Bang Baihaqi Muhamad (Relawan Rumah Dunia), pernah ikut serta dalam syuting sebagai ekstras juga, yang lokasinya di Rangkasbitung dan membawa kemeja pribadi saat itu. Tak berpikir lama, dengan semangat aku dan juga  Bang Daru Pamungkas segera meluncur ke Rumah Dunia, dan alhamdulillah semua ada dan lengkap, lalu kembali dengan senyum lebar yang saat itu rintik hujan.

Di tempat persiapan sudah ramai, semua sudah rapi memakai kostum syuting masing-masing, beberapa ekstras sudah bermain di scene pertama di Alun-alun Kota Serang. Aku dan juga Bang Daru Pamungkas duduk menunggu instruksi. Cuaca semakin mendung, scene pertama selesai, Jordi (Anak Dari Gol A Gong) menghampiri kami yang sedang duduk santai sambil menghisap rokok juga menikmati Es Kopi Gula Aren Walteffredan Café. Sekarang bukan lagi mendung tapi hujan deras, scene selanjutnya terpaksa menunggu hujan reda.

Empat jam menunggu hujan reda, scene berikutnya berlangsung, para ekstras dipanggil satu per satu. Yang menjadi keresahan, aku dan Bang Daru Pamungkas tidak dilirik sama sekali, pikiran mulai berubah, isi kepala negatif semua. Seolah bertanya kepada diri sendiri. Ini kenapa? Apa aku tidak jadi? Apa sudah cukup pemainnya? Ah konyol, sudah lama aku menunggu ya kali tidak jadi. Beberapa menit aku terdiam, menyiasati bagaimana yang sebenarnya.

Aku lelah, terdiam, sesekali bertanya kepada salah satu kru telent. Bagaimana dengan aku, kapan syuting? Dengan cepat kru menjawab, sabar, ada saatnya yah. Aku Kembali duduk sambil mikir, di sini hanya dua scene dan ini scene terakhir, lah kalo begini aku tidak main dong? Wajahku semakin lesu, pikiran tak keruan.

Beberapa menit kemudian, Bang Awang menghampiri ikut serta duduk bersama kami. Langsung aku tanyakan. Apa aku tidak jadi? Sabar, ada waktunya kok, ikut syuting harus sabar, Reza Rahardian enggak bakal jadi aktor ternama, berkelas, paling laku kalo kurang sabar, katanya. Syuting itu perihal sabar, karena cuaca, keadaan, kejadian tidak terduga, dan lain sebagainya yang menjadi penghambat jalannya syuting. Bisa jadi scene pas kamu besok. Tapi dipastikan kamu akan syuting di Kraton Kaibon di scene terakhir. Hufttt…, setidaknya sedikit lega.

Setelah selesai di scene Alun-alun Kota Serang pukul 15.30 WIB, beberapa kru dan juga ekstras yang belum juga main langsung diberangkatkan ke lokasi terakhir (Kraton Kaibon). Hari semakin sore, cuaca cukup mendung. Para kru cepat bekerja untung syuting terakhir ini, karena kraton dekat dengan pemukiman penduduk, yang menambah ramai serta riuh melihat para artis, sedikit membuat lambat para kru, hingga pada akhirnya kru memohon untuk tidak mengganggu agar proses cepat serta tidak termakan gelap. Setelah semua siap, syuting berlangsung dan selesai.

Serang, 18 Februari 2021