Saat pandemi Covid-19 belum usai dan PPKM tak kunjung berakhir, bisa jadi semua orang bosan berada di rumah dan pasti merindukan traveling. Ya sama sepertiku! Tempat wisata di sana-sini banyak yang ditutup. Sial! Aku rindu sekali bercumbu dengan alam yang indah. Aku menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini sayang betul kalau tidak dipakai untuk travelling berkali-kali.

Sayangnya, saat pandemi seperti ini, mau traveling ke mana coba? Bagiku, obat untuk menenangkan hati dan pikiran adalah menjauh dari kebisingan kota. Ya, berwisata alamlah.

Saat kebosanan menghampiriku, tetiba ada pesan WhatsApp masuk. Kubaca pesan itu perlahan, Kang Hari mengajakku jalan-jalan gratis ke Curug Putri, Carita, Pandeglang, dalam rangka Patroli Hutan. Sontak saja aku kegirangan, hampir saja tidak sampe salto di atas kasur! Hehehe….

Lantas siapa Kang Hari itu? Nah, ia profesinya sebagai orang Dinas yang bertugas di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan UPTD Banten. Ia mengenaliku sebagai Youtuber, maka aku disuruh untuk mendokumentasikan kegiatannya. Tanpa basa-basi aku langsung mengiyakan ajakannya.

Dari informasi yang aku dapat, kegiatan Patroli Hutan ke Curug Putri akan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Agustus 2021. Aku langsung memikirkan ke sana pergi dengan siapa? Pacar tak punya, akhirnya aku ajak teman saja Kukabari temanku satu per satu, dan yang jadi ikut sekitar tiga orang. Kami akan membawa dua kendaraan bermotor di esok harinya.

***

Hari yang kami tunggu pun tiba. Selasa pagi, saat suara kokok ayam serta dinginnya embun pagi membasahi bumi, aku terbangun dari tidur lelapku. Kupastikan barang yang kubawa sudah kumasukan ke dalam ransel, hal yang terpenting adalah kamera. Ya, karena tugasku mendokumentasikan kegiatan dinas. Lalu aku menyusul teman-temanku saat waktu masih pagi sekali, sekira pukul 05.30 WIB.

Semua temanku sudah siap, dan kami pun berangkat pukul 06.00 WIB, dari Kota Serang menuju Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang. Kami menyusuri jalan Padarincang Kabupaten Serang. Udara pagi saat itu membuat pori-pori kulitku bergidik. Pemandangan gunung tak bisa kulihat, gunungnya bersembunyi di balik awan kabut.  

Sekitar dua jam perjalanan, kami tiba di Pantai Carita, aku melihat ke kanan dan ke kiri, tempat wisata sepi sekali. Efek domino dari PPKM membuat pelaku bisnis pariwisata menjerit tiada arti.

Saat sampai di lokasi di Balai Taman Hutan Raya (Tahura), kami pun langsung bergabung bersama tim. Dalam kegiatan Patroli Hutan, banyak instansi yang terlibat. Mulai dari Polsek Carita, Koramil Labuan dan Murid SMKN 3 dan 5 Pandeglang. Dari keseluruhan yang hadir, kami dibagi menjadi empat kelompok. Pertama, Jalur Wisata, Jalur Palbatas, Jalur Hutan dan Susur Sungai.

“Dari empat kelompok itu, titik akhir yang dituju adalah Curug Putri,” kata Kang Asep Rijal memberi arahan. Ia adalah Pelaksana Tugas, Kasi Perlindungan dan Rehabilitasi UPTD Tahura.

Lalu aku dan temanku sepakat memilih jalur wisata. Perjalanan pun dimulai pukul 09.00 WIB. Saat diperjalanan, aku melihat pepohonan yang rimbun dan besar-besar pula. Aku menanyakan pohon apa yang paling banyak di tanam di Tahura?

“Pohon Meranti, ditanam sejak 1971,” kata Kang Hari.

Selain itu juga aku memperhatikan para murid SMKN yang sedang Praktik Kerja Lapangan (PKL), mereka mencatat setiap ada pohon yang tumbang serta mencatat beberapa jenis pohon di kawasan Tahura ini.

Perjalanan menuju Curug Putri hampir memakan waktu sekitar dua jam lebih. Kami tiba di lokasi pukul 11.30 WIB, dengan jarak tempuh sekitar lima kilometer dan melewati 5 shelter atau pos. Kami berjalan pelan, saat di perjalanan, kita akan melewati jalan paving block, bebatuan, dan tanah licin. Sekadar saran, kalau berwisata ke sini harus memakai sepatu atau sandal gunung. Nah sebelum kita ke Curug Putri, kita akan melewati Curug Gendang terlebih dahulu. Itulah titik kejutnya.

“Konon, cerita kenapa dinamakan Curug Gendang, kata masyarakat sekitar jika memasuki bulan-bulan tertentu seperti misalnya bulan Muharam, di Curug itu terdengar seperti suara rampak alunan gendang. Kalau Curug Putri, ini juga dikenal dahulunya dengan nama Cilalaren,” kata Kang Hari.

Dari Curug Gendang, kita sudah dekat dengan Curug Putri jaraknya sekitar 500 Meter. Di situ sudah disediakan saung, untuk tempat beristirahat dan warung jajanan. Karena kita akan menyusuri sungai, wisatawan diharuskan memakai pelampung. Sudah disediakan oleh pemandu. Di Curug Putri, kita bisa eamping menginap untuk beberapa hari. Oh, ya, kalau mau bawa hp, usahakan hp-nya menggunakan mika anti air, ya!

Dari informasi yang aku dapat, kawasan Tahura Curug Putri adalah kawasan pelestarian alam, maka tempat ini diperuntukkan untuk tempat edukasi, penelitian ilmiah, dan wisata terbatas. Juga terdapat koleksi tumbuhan dan satwa liar.

“Karena Curug Putri ini belum ada Peraturan Daerah yang mengatur retribusi wisata, maka terkadang tiket dan tarif masuknya berbeda-beda. Bahkan bisa saja dinaikan oleh oknum saat musim liburan tiba. Sekadar saran, jika wisatawan hendak ke Curug Putri, tinggal menghubungi saja pihak dinas, di Balai Tahura. Nanti orang dinas akan menujuk untuk mengantarkan para wisatawan. Itulah cara yang paling aman saat berwisata ke Curug Putri,” jelas Kang Hari.

Saat berwisata ke Tahura, wisatawan bisa mengunjungi tiga lokasi wisata. Pertama, Curug Gendang, Curug Putri dan Cadas Ngampar. “Kalau ke Cadas Ngampar, wisatawan akan disuguhi pemandangan bebatuan besar. Di sekitar bebatuan itu mengalir air yang jernih,” tambah Kang Hari.

***

Pukul 12.30 WIB, seusai bakda zuhur kami pun bersiap-siap menyusuri sungai Curug Putri. Aku memakai pelampung, dan tak lupa membawa kamera Go-Pro Hero untuk mengabadikan momen yang indah. Perjalanan pun dimulai, aku terpesona melihat dinding tebing begitu indah. Akar dedaunan dan ranting pohon menyambut di atas tebing, ia menari-nari bahagia melihat kami bahagia. Semakin dekat dengan curug, dinding tebing pun semakin mengecil sekitar satu meter lebarnya. Terlihat rintik air dari atas tebing bertaburan.  Juga ada beberapa air sungai yang dalamnya mencapai dua meter.

Air pun sangat deras. Agar kami bisa menaiki bebatuan yang licin, untuk melewati jalur bebatuan yang tinggi, kami bahu membahu menolong satu persatu dengan tangan memegang erat tali tampar. Seru, deh, pokoknya. Oh, ya, para wisatawan mengenal Curug Putri Carita Pandeglang ini dengan sebutan Grand Canyon, sebuah tebing terjal berwarna cokelat. Saat sampai di ujungnya, ternyata Curug Putri tidak seperti air terjun. Akan tetapi hanya air mengalir deras di atas dua meter saja. Berarti yang menjadi daya tarik wisatawan adalah perjalanannya, ya, Grand Canyon­-nya itu.

***

Sekitar satu jam kami bersenang-senang menyusuri sungai, setelah itu kami makan bersama dengan menu Kambing Guling. Wah mantapnya. Selesai makan bersama, lalu Kang Asep Rijal memimpin briefing evaluasi. Saat kegiatan briefing evaluasi, dari empat kelompok melaporkan peristiwa yang didapat. Misalnya ada pohon yang tumbang, palbatas yang hancur atau hilang. Ini adalah pengalaman berkesan bagiku. Aku jadi tahu deh, kegiatan di dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan‒ternyata seperti itu.

Momen yang indah saat berwisata ke Curug Putri adalah aku semakin mencintai tanah kelahiranku ini. Ya, Banten. Betapa indah alamnya, budayanya, sejarahnya juga hal lainnya. Maka cara terbaik untuk mencintai alam, adalah dengan menjaga dan merawatnya. Jangan sampai kita merusaknya dengan membuang sampah di sembarang tempat.